Berita

Aktivis Uncen Desak Pemerintah Tarik Pasukan dari Paniai

JAYAPURA, TOMEI.ID | Ketegangan di Kabupaten Paniai kembali menyeruak ke permukaan. Bunyi tembakan yang sesekali terdengar, patroli aparat bersenjata, hingga laporan pengungsian warga sipil, menambah panjang deretan luka kemanusiaan di Papua.

Di tengah situasi yang terus memburuk, aktivis mahasiswa Universitas Cenderawasih (Uncen), Nando Gaibi Boma, angkat suara. Ia menilai kehadiran aparat militer justru memperdalam penderitaan masyarakat sipil yang sudah lama terjebak dalam lingkaran konflik.

“Situasi di Paniai sudah sangat memprihatinkan. Anak-anak, perempuan, dan orang tua hidup dalam ketakutan. Banyak warga terpaksa mengungsi ke hutan maupun daerah lain demi menyelamatkan diri,” ungkap Nando dalam pernyataannya, Sabtu (27/9/2025).

Desakan Nando tidak main-main. Ia meminta Presiden Prabowo Subianto segera menarik seluruh pasukan TNI, baik organik maupun non-organik, dari wilayah Paniai. Menurutnya, pendekatan militer yang dipilih pemerintah selama ini hanya melahirkan rasa takut, bukan keamanan.

“Kami minta Presiden Prabowo segera tarik pasukan dari Papua. Pemerintah seharusnya mengutamakan jalan damai dengan mendengar suara rakyat, bukan terus menambah penderitaan mereka,” tegasnya.

Bagi Nando, persoalan Papua tidak bisa dilihat semata dari kacamata keamanan negara. Ia menekankan bahwa solusi sejati hanya bisa hadir lewat dialog yang menghargai martabat dan aspirasi masyarakat Papua.

Kesaksian lapangan menunjukkan warga sipil di Paniai kerap hidup dalam suasana mencekam. Kehadiran aparat bersenjata di sekitar kampung dianggap bukan sebagai pelindung, melainkan bayang-bayang ancaman.

“Banyak warga yang memilih tidur di hutan. Mereka takut dengan situasi, takut anak-anak mereka jadi korban salah tembak atau kekerasan,” ujar seorang warga Paniai yang enggan disebut namanya.

Kondisi ini semakin diperburuk dengan terbatasnya akses terhadap pangan, kesehatan, dan pendidikan. Anak-anak kehilangan sekolah, sementara para petani tidak lagi leluasa ke kebun karena takut bertemu aparat bersenjata.

Pernyataan Nando Gaibi Boma sekaligus menjadi alarm bagi pemerintah pusat. Ia mengingatkan bahwa kegagalan mendengar suara rakyat Papua hanya akan memperpanjang lingkaran kekerasan yang sudah berlangsung berpuluh tahun.

“Negara harus berani membuka ruang dialog yang jujur, bukan menutupnya dengan operasi militer. Jalan damai harus ditempuh jika pemerintah sungguh ingin menyelesaikan masalah Papua,” tandasnya. [*].

Redaksi Tomei

Recent Posts

Persipura Incar Puncak Klasemen Grup Timur Saat Jamu Tornado FC

JAYAPURA, TOMEI.ID | Persipura Jayapura menatap laga pekan ketiga Pegadaian Championship 2025/26 dengan ambisi besar.…

26 menit ago

KN.P.492 Milik KPLP Nyaris Karam, Dievakuasi Dramatis di Pantai Labani Nabire

NABIRE, TOMEI.ID | Sebuah insiden laut terjadi di perairan Pantai Labani, Samabusa, Kabupaten Nabire, Sabtu…

42 menit ago

Pemkab Sorong Selatan Dinilai Abaikan Hak Adat, AMAK Tegaskan 52 Marga Harus Dilindungi

SORONG SELATAN, TOMEI.ID | Komunitas Anak Muda Adat Knasaimos (AMAK) menilai Pemerintah Kabupaten Sorong Selatan…

56 menit ago

Manajer FC Vila Atouro Boyong 2 Pemain ke Timor Leste, Begini Kata Presiden Dogiyai Star FC

NABIRE, TOMEI.ID | Dua pemain terbaik Dogiyai Star FC, Nando Tebai dan Berto Sauyai, resmi…

1 jam ago

Kerusuhan Agats: Satu Warga Tewas Tertembak, Pos Militer Dibakar

ASMAT, TOMEI.ID | Kerusuhan pecah di Distrik Agats, Kabupaten Asmat, Papua Selatan, Sabtu (27/9/2025). Insiden…

1 jam ago

P2MMDK Jayapura Gelar Penguatan Kapasitas dan Seminar, Tekankan Pentingnya Iman di Era 5.0

JAYAPURA, TOMEI.ID | Persekutuan Pelajar, Mahasiswa, dan Masyarakat Distrik Korupun (P2MMDK) Jayapura menggelar kegiatan Penguatan…

2 jam ago