Suasana seminar dan Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) bertema yang diselenggarakan oleh Aliansi Woman Ester Papua (AWEP), Jumat, 30 Mei 2025, di Gereja Kemah Injil KINGMI Marthen Luther, Mile 32, Timika, Papua Tengah. (Foto: Aminhe For TOMEI.ID).
TIMIKA, TOMEI.ID | Aliansi Woman Ester Papua atau AWEP menggelar Seminar dan Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) bertajuk “Gerakan Pemulihan Bangsa Papua” untuk mendorong transformasi spritual, sosial dan budaya di tanah Papua
Acara ini berlangsung di Gereja Kemah Injil KINGMI Marthen Luter, Mile 32, Timika, Papua Tengah, pada Jumat kemarin.
Kegiatan ini dihadiri oleh ratusan peserta dari berbagai kalangan, termasuk jemaat gereja, mahasiswa, aktivis perempuan, tokoh adat, hingga masyarakat umum yang berasal dari berbagai wilayah Papua.
Dalam suasana yang penuh kekhusyukan dan semangat persaudaraan, acara dibuka dengan puji-pujian dan doa bersama.
Panitia penyelenggara dalam sambutannya menekankan pentingnya pemulihan sebagai proses kolektif bagi masa depan Papua.
AWEP menegaskan bahwa pemulihan bukan semata proses religius, tetapi juga menyangkut dimensi sosial, politik, budaya, dan psikologis yang telah lama tercederai oleh konflik, ketidakadilan, dan trauma sejarah.
“Pemulihan bangsa Papua tidak cukup hanya dengan doa. Kita juga perlu keberanian untuk menyuarakan kebenaran, berdiri bagi keadilan, dan membangun solidaritas sejati antar umat Tuhan dan sesama manusia,” kata salah satu pembicara dalam forum ini.
Untuk memperkuat pemahaman peserta mengenai pentingnya pemulihan dalam konteks Papua, AWEP menghadirkan sepuluh narasumber terkemuka yang dikenal aktif memperjuangkan hak-hak rakyat Papua melalui jalan iman, pendidikan, dan advokasi kemanusiaan.
Para narasumber yang hadir dalam seminar dan KKR ini antara lain:
Pastor John Bunai, tokoh gereja yang telah lama terlibat dalam pelayanan pastoral dan pendidikan iman di wilayah pedalaman Papua.
Pendeta Socrates Sofyan Yoman, seorang penulis dan tokoh gereja yang dikenal luas atas keberaniannya dalam menyuarakan isu-isu keadilan dan hak asasi manusia di Papua.
Pendeta Benny Giyai, akademisi dan pelayan gereja yang aktif dalam pengembangan teologi kontekstual serta advokasi damai melalui pendidikan.
Pendeta Jehezkiel Jeck Ikomou, pemimpin rohani yang konsisten membangun kesadaran iman di tengah masyarakat adat Papua.
Bapak Selpius Bobii, aktivis hak asasi manusia dan mantan tahanan politik Papua yang kini mendedikasikan hidupnya untuk advokasi damai, pendidikan politik rakyat, dan pembelaan terhadap martabat bangsa Papua.
Pastor Amos Yapo, tokoh gereja yang telah banyak berkontribusi dalam pelayanan lintas iman dan pembangunan spiritual masyarakat adat.
Ibu Bernarda Meteray, seorang pegiat perempuan dan pendeta yang aktif membina kaum perempuan Papua agar menjadi pemimpin rohani dan agen perubahan di komunitas mereka.
Pendeta Hans Wakerkwa, pelayan gereja yang turut mendorong integrasi nilai-nilai iman dengan perjuangan keadilan sosial bagi rakyat kecil.
Pendeta Tio Nugroho, tokoh gereja yang dikenal melalui pelayanannya yang menjangkau komunitas urban dan masyarakat marginal di berbagai wilayah.
Pendeta Dorman Wandikbo, pemimpin gereja dan figur nasional di lingkungan KINGMI yang secara konsisten menyerukan kesatuan tubuh Kristus dan keterlibatan gereja dalam masalah sosial-politik Papua.
Menurut AWEP, kehadiran mereka dalam forum ini tidak hanya memperkuat substansi pembahasan, tetapi juga menunjukkan bahwa isu pemulihan bangsa Papua adalah panggilan kolektif lintas denominasi, lintas generasi, dan lintas latar belakang sosial.
Melalui pendekatan yang teologis sekaligus kontekstual, para pembicara menekankan bahwa pemulihan Papua harus dimulai dari kesadaran akan luka sejarah, rekonsiliasi yang jujur, serta tekad bersama untuk membangun masa depan yang adil dan bermartabat bagi seluruh rakyat Papua.
Dalam sesi pemaparan, para narasumber mengangkat berbagai isu strategis seperti rekonsiliasi gereja dan adat, penguatan peran perempuan Papua dalam proses penyembuhan luka bangsa, serta tantangan kolonialisme modern dan marginalisasi masyarakat adat di berbagai sektor kehidupan.
Sebagai organisasi perempuan, AWEP memberikan perhatian khusus pada peran perempuan Papua dalam proses pemulihan bangsa. Dalam forum ini, disampaikan bahwa perempuan tidak hanya menjadi korban dari konflik dan ketidakadilan, tetapi juga adalah agen penyembuh yang membawa damai, pengharapan, dan kekuatan bagi keluarga dan komunitas.
“Perempuan Papua punya suara, punya kekuatan, dan punya hak untuk ikut menentukan arah perubahan bangsa ini. Lewat doa, pendidikan, dan pelayanan, kita bisa memulihkan yang luka, membangkitkan yang jatuh, dan menerangi yang gelap,” ujar Ibu Bernarda Meteray dalam penyampaiannya.
Tak kalah penting, generasi muda juga diajak untuk tidak apatis terhadap situasi bangsa. Dalam semangat iman dan intelektualitas, mereka didorong untuk menjadi pelopor pemulihan melalui jalur pendidikan, pelayanan gereja, serta gerakan sosial yang berpihak pada kebenaran dan kemanusiaan.
Kegiatan ini juga menjadi ruang refleksi bersama bagi gereja-gereja dan lembaga-lembaga Kristen di Papua agar lebih terlibat dalam pemulihan sosial masyarakat, tidak hanya terbatas pada pelayanan spiritual. Selain itu, seruan juga ditujukan kepada pemerintah agar memperhatikan jeritan hati rakyat Papua dengan mengedepankan pendekatan dialog dan keadilan restoratif.
“Kita semua rindu damai. Tapi damai yang sejati tidak bisa dibangun di atas luka yang tidak diobati. Gerakan pemulihan ini harus menjadi suara kenabian bagi semua pihak gereja, negara, dan rakyat,” demikian salah satu kesimpulan dari sesi KKR.
Panitia AWEP menyampaikan bahwa gerakan ini tidak akan berhenti pada satu seminar dan KKR saja, melainkan akan terus dilanjutkan dengan kegiatan lanjutan di berbagai daerah di Papua.
Mereka mengajak kaum perempuan Papua, pemuda, tokoh adat, serta jemaat-jemaat untuk mengambil bagian dalam proses pemulihan yang menyeluruh, mulai dari keluarga, gereja, hingga tatanan masyarakat luas. [*]
DOGIYAI, TOMEI.ID| Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Dogiyai, Papua Tengah mendesak Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri)…
DOGIYAI, TOMEI.ID| Rencana pemekaran Kabupaten Mapia Raya yang akhir-akhir ini menjadi trending topik, ini mendapat…
NABIRE, TOMEI.ID| Pemerintah Provinsi Papua Tengah bersama Persekutuan Gereja-Gereja dan Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB)…
WAMENA, TOMEI.ID | TPNPB OPM melalui Kodap III Ndugama-Darakma kembali mengeluarkan pernyataan resmi kepada publik…
PANIAI, TOMEI.ID | SMA Negeri 3 Paniai Kebo secara resmi membuka penerimaan peserta didik baru…
NABIRE, TOMEI.ID | Warga Muslim di Kelurahan Bumi Wonorejo, Nabire, Papua Tengah mendapat berkat kurban…