BOGOR, TOMEI.ID | Perjalanan panjang penuh perjuangan ditempuh Agnes Wakei, mahasiswi asal Kabupaten Dogiyai, hingga akhirnya resmi menyandang gelar Sarjana Manajemen (S.M.) dari Universitas Djuanda, Bogor, Jawa Barat.
Pencapaian ini dirayakan dalam suasana penuh syukur dan kekeluargaan oleh Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Nabire, Paniai, Dogiyai, Deiyai (IPMANAPANDODE) Bogor, pada Rabu, 22 Oktober 2025, di kontrakan IPMANAPANDODE, Gang Aba, Ciawi.
Acara syukuran tersebut mengusung tema rohani yang diambil dari Mazmur 126:6, “Orang yang berjalan maju sambil menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai.” Firman Tuhan ini menjadi pesan utama dalam khotbah Pdt. Iyan, yang menekankan arti ketekunan, iman, dan kerja keras sebagai kunci keberhasilan.
Ketua BPH IPMANAPANDODE Bogor, Markus Kidou, menyampaikan rasa bangga atas perjuangan dan pencapaian Agnes.
“Kami sangat bangga melihat perjalanan Agnes yang diawali dari Papua hingga berhasil menyelesaikan studi di Bogor. Ini pencapaian luar biasa. Kami berharap Agnes dapat kembali ke Dogiyai dan mengabdi bagi masyarakat dengan ilmu yang telah diperolehnya,” ujar Markus.
Ia juga berpesan agar Agnes tetap mengandalkan Tuhan dalam setiap langkah setelah wisuda, sebagaimana pesan Firman Tuhan yang telah disampaikan dalam ibadah syukur.
Perwakilan keluarga, Tehougai Pugiye, menyampaikan ungkapan syukur atas keberhasilan Agnes.
“Keberhasilan ini buah dari kerja keras dan doa. Namun ini bukan akhir, melainkan awal dari perjalanan hidup yang baru,” katanya.
Ia berharap kisah perjuangan Agnes menjadi inspirasi bagi mahasiswa Papua lainnya untuk tetap semangat menempuh pendidikan, meski dihadang keterbatasan dan tantangan hidup.
Dalam sambutannya, Agnes Wakei menceritakan kisah hidupnya yang penuh perjuangan sejak kecil. Ia kehilangan ayahnya ketika duduk di bangku SD kelas 3 pada tahun 2015. Namun, semangatnya untuk menuntut ilmu tak pernah padam.
“Kalau orang tua kirim uang, pastikan ada bukti pembayaran supaya mereka percaya. Jangan pernah berbohong kepada orang tua sendiri,” ujar Agnes, menekankan pentingnya kejujuran dalam hidup dan pendidikan.
Agnes juga mengenang sahabatnya, Melianus Degei, mahasiswa IPMANAPANDODE Bandung, yang telah menemaninya sejak SMP di YPK Moanemani.
“Agnes telah membuktikan bahwa perempuan Papua juga mampu berjuang dan berhasil. Kita sebagai laki-laki Papua harus melindungi dan menghormati perempuan,” ujar Melianus.
Ia menambahkan, perjuangan Agnes adalah bukti bahwa keterbatasan bukan alasan untuk berhenti berusaha, dan setiap mahasiswa Papua di tanah rantau memiliki tanggung jawab menjaga nama baik daerah asalnya.
Sementara itu, Ella Kegiye, perwakilan senior IPMANAPANDODE Bogor, turut memberikan apresiasi atas semangat dan keteguhan Agnes.
“Perjuangan perempuan tidaklah mudah, tetapi Agnes telah membuktikan bahwa dengan tekad dan ketekunan, segala tantangan dapat diatasi,” ungkap Ella.
Acara yang dipandu oleh Fransiska Edowai (MSI) itu diakhiri dengan doa makan oleh Pdt. Iyan, kemudian dilanjutkan santap bersama dalam suasana penuh kekeluargaan. Menu sederhana seperti singkong, ubi, dan daging babi disajikan sebagai simbol kebersamaan dan rasa syukur atas pencapaian yang diraih.
Syukuran wisuda ini menjadi lebih dari sekadar perayaan akademik. Ia menjadi momen kebanggaan, kekuatan, dan persaudaraan mahasiswa Papua di tanah rantau.
Keberhasilan saudari Agnes Wakei menjadi bukti nyata bahwa perempuan Papua mampu berprestasi dan berdiri sejajar dalam dunia pendidikan nasional. Dari Dogiyai hingga Bogor, langkahnya menunjukkan bahwa ketekunan, iman, dan kejujuran dapat menuntun siapa pun menuju masa depan yang gemilang. [*].