Berita

Mulia, Kota Sejuk di Pegunungan yang Menjadi Simbol Harmoni Papua

PUNCAK JAYA, TOMEI.ID | Di antara deretan pegunungan yang diselimuti kabut tebal, berdiri sebuah kota kecil bernama Mulia. Meski jauh dari hiruk-pikuk kota besar, Mulia memegang peran penting sebagai ibu kota Kabupaten Puncak Jaya. Sejak resmi berdiri sebagai kabupaten sendiri pada 2008, Mulia menjadi pusat pemerintahan sekaligus wajah budaya masyarakat gunung yang sarat makna dan nilai-nilai kehidupan.

Proses lahirnya Mulia sebagai kabupaten bukanlah perjalanan singkat. Dasar hukumnya telah disiapkan sejak lama melalui Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 1996, lalu diperkuat dalam Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999, hingga akhirnya pemekaran dari Kabupaten Paniai terwujud. Sejak saat itu, Mulia tumbuh menjadi simbol harapan baru bagi masyarakat Puncak Jaya.

Kabut dan Gunung: Dua Penjaga Kehidupan

Kabut yang hampir setiap hari menyelimuti Mulia seringkali dianggap sebagai “tirai doa” oleh masyarakat setempat. Ia bukan sekadar fenomena alam, tetapi simbol kesabaran: sebuah pengingat bahwa hidup jarang memberi kepastian di awal, dan hanya dengan ketekunan jalan akan terbuka sebagaimana matahari perlahan menyingkap kabut.

Di sisi lain, pegunungan yang menjulang tinggi di Puncak Jaya menjadi simbol keteguhan. Bagi orang gunung, gunung adalah penjaga kehidupan dan lambang kekuatan. Ketika badai datang, gunung tetap berdiri. Begitu pula masyarakatnya: menghadapi tantangan dengan hati yang kokoh, sambil tetap menjunjung nilai kebersamaan.

Kota Bersih dengan Semangat Kekeluargaan

Mulia menawarkan nuansa berbeda. Jalanan yang bersih, taman-taman yang terawat, dan lingkungan yang tertib memberi kesan kota yang damai. Suasana ini bukan hasil kerja pemerintah semata, tetapi lahir dari kepedulian warga yang menempatkan kebersihan sebagai bagian dari martabat.

Lebih dari itu, kehidupan sosial masyarakat Mulia ditandai dengan budaya kekeluargaan yang erat. Nilai-nilai persaudaraan dijunjung tinggi, menjadikan persatuan sebagai fondasi. Hidup sederhana namun penuh penghargaan terhadap sesama adalah wajah sejati kota ini.

Tradisi dan Warisan Budaya yang Tetap Hidup

Meski arus modernisasi perlahan masuk ke pedalaman Papua, masyarakat Mulia masih teguh menjaga tradisi leluhur. Bakar batu tetap menjadi upacara adat penting, bukan hanya sebagai simbol persaudaraan, tetapi juga sarana menyatukan hati dalam kebersamaan. Dalam berbagai perayaan, sebagian masyarakat masih mengenakan koteka, sebagai identitas budaya yang terus dirawat.

Selain itu, kehidupan sehari-hari tidak lepas dari berkebun. Lereng gunung yang subur menjadi sumber kehidupan masyarakat. Dari kebun inilah lahir aneka komoditas, terutama kopi Puncak Jaya dan nanas Mulia. Kopi dengan cita rasa khas pegunungan Papua kini mulai dilirik pasar luas, sementara nanasnya terkenal manis alami, tumbuh subur di tanah sejuk dan bersih.

Harmoni Alam dan Tata Kota

Meski berada di pedalaman dengan akses jalan yang masih penuh tantangan, Mulia menunjukkan wajah kota yang tertata. Rumah-rumah warga berdiri rapi, fasilitas publik perlahan berkembang, dan pemerintah daerah berkomitmen menyeimbangkan pembangunan dengan kelestarian alam.

Keindahan alam Mulia menghadirkan udara sejuk dan panorama yang menenangkan. Dari lembah hingga puncak gunung, kehidupan masyarakat menyatu erat dengan alam, menjadikannya sumber identitas dan kebanggaan.

Simbol Harmoni Papua

Mulia bukan sekadar pusat pemerintahan Puncak Jaya. Ia adalah simbol harmoni: antara manusia dengan alam, antara modernisasi dengan tradisi, serta antara pemerintah dengan masyarakat. Kota ini menggambarkan wajah Papua yang penuh dengan kearifan lokal, keteguhan, dan semangat persaudaraan.

Bagi Papua, Mulia adalah bukti bahwa di tengah keterbatasan akses dan tantangan pembangunan, ada sebuah kota kecil di ketinggian yang mampu menjaga harmoni. Kota yang tidak hanya hidup dalam kabut dan dingin pegunungan, tetapi juga dalam kehangatan nilai budaya dan persatuan warganya. Mulia adalah Papua dalam wujud yang sederhana, sejuk, dan penuh makna. [*].

Redaksi Tomei

Recent Posts

Kejurnas Motoprix Seri II Resmi Dibuka, Gubernur Papua Tengah Dorong Revitalisasi Otomotif

NABIRE, TOMEI.ID | Gubernur Papua Tengah, Meki Nawipa, secara resmi membuka Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Motoprix…

4 jam ago

Tindakan Manusia Melampaui Rencana Allah

Oleh: Doganak Lewi Pabika Manusia adalah bungsu dari segala ciptaan Tuhan (bdk. Kej. 1: 26).…

22 jam ago

Kepala Kampung Kegata Wujudkan Komitmen Pendidikan, Salurkan Dana Signifikan untuk Pelajar dan Mahasiswa

DOGIYAI, TOMEI.ID | Kepala Kampung Kegata, Distrik Piyaiye, Kabupaten Dogiyai, Meki Kegou, menegaskan komitmennya pada…

22 jam ago

Gedung Gereja Kingmi Kalvari Bomou II Diresmikan, Jadi Pusat Iman dan Kebersamaan di Deiyai

DEIYAI, TOMEI.ID | Jemaat Kingmi Kalvari Bomou II di Kabupaten Deiyai merayakan momen bersejarah dengan…

1 hari ago

47 Desa di Dogiyai Terima Alokasi Dana Desa 2025 Lebih dari Rp1 Miliar

DOGIYAI, TOMEI.ID | Kabupaten Dogiyai, Papua Tengah, pada tahun anggaran 2025 menerima kucuran dana desa…

1 hari ago

Pemkab Nabire Tegaskan Dukungan Penuh pada Penguatan BUMDes dan Kerja Sama Antar Kampung

NABIRE, TOMEI.ID | Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nabire kembali menegaskan komitmennya dalam memperkuat ekonomi kampung melalui…

1 hari ago