NABIRE, TOMEI.ID | Peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) ke-45 tahun 2025 di Kabupaten Nabire menjadi momentum penting untuk menegaskan kembali makna pangan sebagai pilar ketahanan, kemandirian, dan kehormatan daerah.
Dengan mengusung tema “Bergandengan Tangan untuk Pangan yang Lebih Baik dan Masa Depan yang Lebih Baik,” kegiatan yang berlangsung di halaman Kodim 1705/Nabire, Kamis (16/10/2025), dihadiri Kapolda Papua Tengah, Wakil Bupati Nabire H. Burhanuddin Pawennari, unsur Forkopimda, pimpinan OPD, pelaku usaha pangan, dan masyarakat.
Dalam arahannya, Wakil Bupati Burhanuddin Pawennari menegaskan bahwa pangan tidak boleh hanya dipandang sebagai kebutuhan harian, melainkan juga sebagai simbol martabat dan eksistensi daerah. Ia menilai, ketergantungan terhadap pasokan luar daerah atau impor mencerminkan lemahnya kemandirian ekonomi dan ketahanan masyarakat lokal.
“Ketika kita tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan sendiri, maka di situlah harga diri daerah sedang dipertaruhkan. Karena itu, kemandirian pangan harus menjadi gerakan bersama, bukan hanya program pemerintah,” ujarnya menegaskan.
Berdasarkan data Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Nabire, nilai Pola Pangan Harapan (PPH) tahun 2024 baru mencapai 78 persen dengan Angka Kecukupan Energi (AKE) masyarakat sebesar 1.890 kilokalori per kapita per hari, masih di bawah standar nasional 2.100 kilokalori. Data ini menunjukkan bahwa pola konsumsi pangan lokal di Nabire masih perlu diperkuat melalui edukasi dan peningkatan diversifikasi pangan.
Untuk menjawab tantangan tersebut, Pemerintah Kabupaten Nabire tengah melaksanakan strategi terpadu meliputi peningkatan produksi pangan lokal, pengembangan teknologi pertanian modern, perbaikan infrastruktur pertanian dan distribusi, serta penguatan kelembagaan petani dan pelaku usaha pangan.
Pemerintah juga mendorong diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal seperti sagu, keladi, dan hasil perikanan, serta menggerakkan gerakan One Day No Rice sebagai bentuk kesadaran konsumsi yang beragam dan bergizi.
“Ketahanan pangan tidak dapat berdiri sendiri tanpa kolaborasi. Pemerintah, petani, pelaku usaha, dan masyarakat harus berjalan seirama untuk memastikan pangan Nabire berasal dari tanahnya sendiri,” ungkap Burhanuddin.
Peringatan HPS kali ini juga dimeriahkan dengan pameran produk pangan lokal, pembagian bibit tanaman, dan pasar murah yang melibatkan pelaku usaha pangan daerah. Antusiasme masyarakat menunjukkan semangat baru dalam menghargai hasil bumi sendiri dan menghidupkan kembali potensi pangan lokal sebagai sumber kesejahteraan.
Melalui momentum ini, Pemerintah Kabupaten Nabire menegaskan bahwa pangan bukan sekadar urusan dapur, melainkan cermin harga diri dan kemandirian sebuah daerah. Kedaulatan pangan menjadi landasan bagi Nabire untuk melangkah menuju masa depan yang kuat, berdaya, dan berdaulat atas hasil tangannya sendiri. [*].