Musa Boma Mapiha, tokoh pemuda Papua Tengah yang juga dikenal sebagai pemerhati isu kemanusiaan dan lingkungan menyampaikan pernyataannya pada Senin, 9 Juni 2025. (Dok Pribadi).
DOGIYAI, TOMEI.ID | Masyarakat adat Tota Mapia yang tersebar di 14 distrik kembali menyuarakan komitmen untuk menyelesaikan persoalan tapal batas wilayah adat mereka.
Hal ini disampaikan langsung oleh Ketua Tim Peduli Alam dan Manusia Mapia, Musa Boma, dalam seruan terbuka kepada seluruh komponen masyarakat Mapia, Senin (9/6/2025).
Menurut Musa Boma, wilayah Tota Mapia kini menjadi rebutan antara pihak-pihak dari wilayah Meepago, Papua Tengah, hingga kepentingan asing. Pasalnya, kawasan tersebut masih memiliki sumber daya alam yang utuh hingga 95%, menjadikannya target berbagai kepentingan luar.
“Ini tugas bersama. Mahasiswa, pelajar, petani, pemuda, pegawai, DPRK, DPRD, partai politik, MRP, bahkan semua harus bersatu. Kita harus menyelesaikan batas tanah adat kita dengan kompak,” ujarnya.
Musa menyebut dua titik yang menjadi prioritas pembangunan gapura batas wilayah adat, yaitu: KM 21 Tanah Hitam Bukit Rindu sebagai batas antara Nabire dan Distrik Topo Uwapa dan Degeidimi sebagai titik penting berikutnya yang direncanakan akan dibangun dalam waktu dekat.
“Kedua gapura tersebut akan menjadi simbol dan batas resmi wilayah adat Mapia yang sah, sekaligus bentuk pengakuan dan perlindungan terhadap hak ulayat masyarakat adat setempat,” Musa Boma, dalam keterangan pers melalui media ini.
Dalam pernyataannya, Musa juga mengajak masyarakat untuk mengesampingkan konflik internal dan dendam pribadi yang selama ini menjadi penghambat persatuan.
“Kalau ada yang saling curiga, mari bicara terbuka. Persoalan tapal batas adat ini bukan sekadar urusan satu kelompok, tapi tanggung jawab kita semua,” tegasnya.
Musa juga mengingatkan bahwa wilayah Mapia kini tengah dikepung oleh berbagai perusahaan ilegal, termasuk aktivitas illegal logging oleh perusahaan kayu seperti Jadi Darma dan Jayanti Tiber.
“Kalau kita diam, para pencuri itu akan keruk kekayaan kita seenaknya. Jangan tunggu orang luar datang selesaikan masalah kita. Ini tanggung jawab kita sendiri,” ucapnya.
Ia pun menegaskan bahwa anak muda Mapia harus mengambil peran aktif sebagai kontrol sosial dan motor penggerak dalam perjuangan mempertahankan wilayah adat dari ancaman eksploitasi.
Ketua Tim Peduli Alam dan Manusia Mapia mengakhiri seruannya dengan ajakan moral.
“Wilayah kita dari timur, barat, utara, dan selatan sedang terancam. Ini masalah serius. Mari kita bersatu dan bergerak dengan kesadaran dan tanggung jawab bersama,” pungkasnya. [*]
NABIRE, TOMEI.ID | Dinas Kesehatan Provinsi Papua Tengah menyampaikan peringatan kepada masyarakat 8 Kabupaten untuk…
JAYAPURA, TOMEI.ID | Koalisi Penegak Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) Papua mengeluarkan pernyataan tegas…
NABIRE, TOMEI.ID | Solidaritas Pelajar West Papua (SPWP) Wilayah Nabire menggelar diskusi dan nonton bareng…
JAYAPURA, TOMEI.ID | Sorotan terhadap operasi tambang nikel di wilayah konservasi Raja Ampat kembali menguat.…
JAYAPURA, TOMEI.ID | Sekretaris Jenderal Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura, Papua, Fabianus…
NABIRE, TOMEI.ID | Seorang warga sipil ditembak oleh aparat kepolisian di kawasan Taman Gizi, Oyehe,…