Berita

Tindakan Manusia Melampaui Rencana Allah

Oleh: Doganak Lewi Pabika

Manusia adalah bungsu dari segala ciptaan Tuhan (bdk. Kej. 1: 26). Itu berarti bahwa manusia memiliki kemampuan dan berpotensi tinggi dibandingkan dengan makluk ciptaan lain. Manusia hadir sebagai bentuk kesempurnaan dari ciptaan yang lain. Namun, dalam kehidupan sosial manusia tidak menyadari bahwa dirinya adalah maklum kesempurnaan. Ia menjadi pelaku ketidaksempurnaan terhadap realitas dunia. Kemampuan yang didominasi oleh kehendak bebas menjadi penyebab dalam tindakan yang melampaui rencana Allah. Oleh karena itu, dalam tulisan kecil ini, kami mencoba melihat dalam tinjauan dokumen Gaudius Et Spes pada arti. 24 yang menegaskan tentang persaudaraan dan kekeluargaan. Pertanyaannya adalah apakah tindakan manusia merupakan sesuai dengan kehendak Allah yang tertulis dalam GS 24?

Rencana Allah Kepada Manusia Menurut GS. Arti. 24

Gereja Katolik memiliki kewenangan atau otoritas tersendiri dalam menyingkapi sejumalah fenomena sosial yang menyebabkan kekacauan hidup. salah satu otoritasnya adalah menganggapi situasi sosial tersebut dengan mengelarkan atau mengeluarkan dokumen yang isinya tentang sejumlah ajaran. Misalnya, Rerum Novarum, Pacem in teris, Laudato Si, dan lain sebagainya. Dari sekian banyak dokumen itu, yang salah satu dibahas dalam tulisan ini adalah Gaudium Et Spes.

Dalam dokumen Gaudius Et Spes mengatakan demikian; “Allah, yang sebagai Bapa memelihara semua orang, menghendaki agar mereka semua merupakan satu keluarga, dan saling menghadapi dengan sikap persaudaraan. Sebab mereka semua diciptakan menurut gambar Allah, yang “mengehendaki segenap bangsa manusia dari satu asal mendiami seluruh muka bumi” (Kis 17:26). Mereka semua dipanggil untuk satu tujuan, yakni Allah sendiri” (GS. 24).

GS menjelaskan bahwa Allah menghendaki manusia hidup sebagai saudara, yang memiliki asal dan tujuan yang satu yaitu Allah. Ia menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya, yang berarti bahwa manusia adalah makluk yang serupa dan segambar dengan Allah (Imago Dei). Dengan demikian, martabat manusia harus dijunjung tinggi: “apa saja yang berlawanan dengan kehidupan itu sendiri misalnya pembunuhan, penindasan, ketidakadilan, pengguguran, pemenjaraan, kesewenang-wenangan, perbudakan, pelacuran dan sebagainya, yang berbasis pada ras, jenis kelamin, kondisi sosial, status sosial, bahasa dan ideologi harus diatasi dan singkirkan karena bertentangan dengan maksud Allah”. (Bdk GS. art 27 dan 29).

Tindakan Manusia Melampaui Rencana Allah

Dasar biblis secara jelas menjelaskan tindakan manusia “Firaun” terhadap umat Israel. Penindasan, ketidakadilan, perbudakan dan status sosial memperlihatkan eksistensi tindakan manusia. Tindakan yang sama pula terjadi dalam kehidupan sosial. Misalnya, Situasi perang saudara di Inggris dan revolusi Prancis dapat memperlihatakan tindakan manusia. Begitu banyak jiwa terbunuh. Situasi ini seorang Filsuf asal Inggris, Thommas Hobbes mengatakan bahwa manusia adalah serigala bagi orang lain (homo homini lupus). Demikian pula oleh Jean Paul Sartre bahwa sesamaku adalah neraka.

Situasi sosial akhir-akhir ini menyimbulkan perbagai polemik. Adanya pelbagai pelanggaran-pelanggaran serius terhadap ketidakadilan terhadap sesama manusia dan ekologi. Pelanggaran-pelanggaran itu membentuk jaringan dominasi, penindasan, ekploitasi dan penyalahgunaan yang mencekik rencana Allah. Misalnya, berbagai isu yang kita ikuti akhir-akhir ini adalah perang antara Ukraina dan Rusia, Hamas dan Israel, Taiwan dan China. Situasi perang ini menunjukan bahwa orang hidup tidak aman dan damai menurut rencana Allah sebagai saudara.manusia hidup dalam kegelisahan, tekanan, ketakutan dan kepanikan. Ribuan jiwa manusia korban akibat perang. Pada 19 Agustus 2023 media Sindo News telah merilis jumlah korban jiwa akibat perang Rusia dan Ukraina“Menurut berita New York Times korban militer Rusia mendekati 300.000 orang, termasuk sebanyak 120.000 kematian 170.000-180.000 adalah korban cedera. Sedangkan kematian dipihak ukraina mendekati 70.000 orang, dengan 100.000 hingga 120.000 lainya terluka” (https://international-perang.sindonews.com/read/1179661/41/korban-perang-rusia-ukraina-dekati-500000-orang-ini-rincianya-1692407294; akses 27 oktobe 2023).

Kesimpulan: Situasi Kemanusiaan di West Papua

Konflik kekerasan kemanusiaan secara berkala terjadi di Papua, entah terhadap orang Papua dan juga orang non-Papua yang berada di Papua. Banyak korban berjatuhan di mana-mana, darah dan air mata terus mengalir membasahi tanah Papua. Di penghujung tahun 2018-2021 ini arus konflik di Papua semakin meningkat. Kasus penembakkan karyawan PT. Istaka Karya di Nduga, yang mengakibatkan pengungsian, Ujaran Rasisme terhadap mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang, Penembakan terhadap tokoh-tokoh Agama di Intan Jaya, Pembungkaman ruang demokrasi dan penangkapan sewenang-wenang serta berbagai pernyataan meresahkan hati yang dilontarkan oleh beberapa petinggi Negara turut memperpanjang konflik dan penderitaan masyarakat Papua.

Perpanjangan konfilik tersebut secara terang-terangan terjadi di erah Pemekaraan Daerah Otonomi Baru (DOB) dan Otonomi Khusus 2022. Seperti kasus operasi militer di Yahukimo, Intan Jaya, Pengunungan Bintang dan Ndugama, kasus mutilasi pada 14 September 2022 oleh enam anggota TNI terhadap 4 orang warga di Timika, kasus penculikan di Wamena yang menewarkan 9 warga sipil pada 2023, masuk pada tahun 2024 diawali dengan penyiksaan terhadap 3 warga di Yahukimo, 2 diantaranya pelajar yang dipenjarakan dan 1 adalah orangtua yang akhirnya ditembak mati oleh TNI pada 22 Februari 2024, dan pada 2025 penembakan terhadap 1 pemuda di Yalimo yang kemudian kasus rasisme muncul kembali.

Sejumlah kasus situasi kemanusiaan ini berlawaan dengan kehendak Allah yang terlis dalam GS arti. 24 yaitu “Allah, yang sebagai Bapa memelihara semua orang, menghendaki agar mereka semua merupakan satu keluarga, dan saling menghadapi dengan sikap persaudaraan. Sebab mereka semua diciptakan menurut gambar Allah, yang “mengehendaki segenap bangsa manusia dari satu asal mendiami seluruh muka bumi” (Kis 17:26). Mereka semua dipanggil untuk satu tujuan, yakni Allah sendiri”. [*].

Redaksi Tomei

Recent Posts

Mulia, Kota Sejuk di Pegunungan yang Menjadi Simbol Harmoni Papua

PUNCAK JAYA, TOMEI.ID | Di antara deretan pegunungan yang diselimuti kabut tebal, berdiri sebuah kota…

9 jam ago

Kejurnas Motoprix Seri II Resmi Dibuka, Gubernur Papua Tengah Dorong Revitalisasi Otomotif

NABIRE, TOMEI.ID | Gubernur Papua Tengah, Meki Nawipa, secara resmi membuka Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Motoprix…

13 jam ago

Kepala Kampung Kegata Wujudkan Komitmen Pendidikan, Salurkan Dana Signifikan untuk Pelajar dan Mahasiswa

DOGIYAI, TOMEI.ID | Kepala Kampung Kegata, Distrik Piyaiye, Kabupaten Dogiyai, Meki Kegou, menegaskan komitmennya pada…

1 hari ago

Gedung Gereja Kingmi Kalvari Bomou II Diresmikan, Jadi Pusat Iman dan Kebersamaan di Deiyai

DEIYAI, TOMEI.ID | Jemaat Kingmi Kalvari Bomou II di Kabupaten Deiyai merayakan momen bersejarah dengan…

1 hari ago

47 Desa di Dogiyai Terima Alokasi Dana Desa 2025 Lebih dari Rp1 Miliar

DOGIYAI, TOMEI.ID | Kabupaten Dogiyai, Papua Tengah, pada tahun anggaran 2025 menerima kucuran dana desa…

1 hari ago

Pemkab Nabire Tegaskan Dukungan Penuh pada Penguatan BUMDes dan Kerja Sama Antar Kampung

NABIRE, TOMEI.ID | Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nabire kembali menegaskan komitmennya dalam memperkuat ekonomi kampung melalui…

1 hari ago