DEKAI, TOMEI.ID | Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) Kodap XVI Yahukimo mengklaim bertanggung jawab atas serangkaian kontak tembak dengan aparat keamanan Indonesia di sejumlah titik di Kota Dekai, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan, Sabtu (13/12/2025) kemarin.
Klaim tersebut disampaikan Manajemen Markas Pusat Komando Nasional TPNPB melalui siaran pers yang dirilis pada Minggu (14/12/2025).
Dalam pernyataannya, TPNPB menyebut kontak tembak terjadi di wilayah Kali Noya, Kali Teh, dan ruas Jalan Gunung sejak pukul 04.00 WIT hingga sekitar 08.15 WIT, sebelum aparat TNI–Polri ditarik dari kawasan tersebut.
TPNPB mengklaim sedikitnya delapan aparat TNI tewas dalam peristiwa itu. Klaim tersebut disampaikan oleh pimpinan TPNPB Kodap XVI Yahukimo, Brigadir Jenderal Elkius Kobak, bersama Komandan Operasi Mayor Kopitua Heluka, serta sejumlah komandan batalyon yang disebut terlibat langsung dalam operasi di lapangan.
Menurut keterangan TPNPB, serangan dilakukan oleh beberapa batalyon, di antaranya HSSBI, SISIBIA, dan YALLENANG, dengan dukungan sejumlah kompi yang ditempatkan di titik-titik strategis seperti Jembatan Kali Noya dan sepanjang Jalan Gunung. Pemilihan lokasi tersebut diklaim untuk mengganggu jalur logistik dan aktivitas ekonomi yang berada di bawah penguasaan pemerintah.
Salah satu pimpinan batalyon TPNPB, Mayor Enos M. Kobak, menyatakan pihaknya siap bertanggung jawab atas serangan tersebut. Ia juga menyampaikan pernyataan politik yang ditujukan kepada Presiden Republik Indonesia, dengan menegaskan bahwa pengiriman tambahan pasukan keamanan ke Papua tidak akan menghentikan perlawanan kelompoknya.
Selain mengklaim korban jiwa, TPNPB menyebut telah menyita sejumlah perlengkapan milik aparat keamanan, termasuk magasin senjata api, amunisi, serta perangkat komunikasi satelit. Namun demikian, klaim tersebut belum dapat diverifikasi secara independen.
TPNPB juga menuding aparat TNI–Polri melakukan tindakan yang berdampak terhadap warga sipil selama operasi berlangsung, antara lain perusakan rumah, pembakaran kendaraan, serta kematian hewan ternak. Mereka menuduh aparat menggunakan persenjataan berat, termasuk roket, granat, dan drone bersenjata, di sekitar wilayah permukiman warga.
Menanggapi tudingan tersebut, TPNPB menegaskan bahwa pasukan mereka berada di wilayah pertempuran terbuka dan tidak bersembunyi di rumah warga. Pernyataan itu disampaikan untuk membantah tuduhan penggunaan warga sipil sebagai perisai hidup.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari pihak TNI maupun Polri yang mengonfirmasi atau membantah klaim jumlah korban, penyitaan logistik, maupun tuduhan pelanggaran terhadap warga sipil. Aparat keamanan sebelumnya berulang kali menyatakan bahwa operasi di Papua dilakukan dalam rangka penegakan hukum dan perlindungan masyarakat sipil dari ancaman kelompok bersenjata.
Situasi keamanan di Kabupaten Yahukimo dilaporkan masih dinamis. Akses informasi dari lapangan terbatas akibat kondisi keamanan serta keterbatasan akses bagi media dan pemantau independen. Verifikasi atas klaim dari kedua belah pihak masih terus diupayakan melalui jaringan lokal dan laporan organisasi kemanusiaan.
Siaran pers tersebut ditandatangani oleh Juru Bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom bersama sejumlah pimpinan utama organisasi, yakni Panglima Tinggi TPNPB-OPM Goliat Tabuni, Wakil Panglima Melkisedek Awom, Kepala Staf Umum Terianus Satto, serta Komandan Operasi Umum Lekagak Telenggen. [*].










