Berita

194 Warga dari 9 Kampung Teluk Bintuni Mengungsi ke Hutan

BINTUNI, TOMEI.ID | Bentrokan bersenjata antara aparat Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan kelompok Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) di Kampung Moyeba, Distrik Moskona Utara, Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat, pada Sabtu (11/10/2025), menyebabkan ratusan warga sipil terpaksa mengungsi.

Data lapangan menunjukkan, sedikitnya 194 warga dari sembilan kampung di dua distrik meninggalkan rumah mereka dan berlindung di kawasan hutan untuk menghindari dampak kontak senjata. Para pengungsi kini hidup dalam kondisi sulit tanpa akses terhadap makanan, air bersih, dan pelayanan kesehatan.

Sumber-sumber lokal menyebutkan bahwa beberapa rumah, sekolah, dan gereja mengalami kerusakan akibat operasi militer yang berlangsung setelah kontak tembak tersebut. Warga menolak kembali ke kampung karena takut terhadap intimidasi, penangkapan sewenang-wenang, dan kekerasan dari aparat keamanan.

“Situasi di lapangan bukan hanya krisis kemanusiaan, tetapi juga krisis keadilan. Negara semestinya hadir melindungi rakyatnya, bukan menakut-nakuti mereka,” demikian pernyataan kelompok masyarakat sipil yang dirilis di Teluk Bintuni, Senin (20/10/2025).

Koalisi masyarakat sipil mendesak pemerintah segera menghentikan operasi militer di wilayah sipil, menarik pasukan dari pemukiman warga di Distrik Moskona, serta membuka akses bagi lembaga kemanusiaan dan media independen untuk meninjau langsung kondisi para pengungsi.

Selain itu, masyarakat adat turut menuntut jaminan keselamatan dan perlindungan hukum bagi warga terdampak, serta penghentian penyisiran dan penangkapan sewenang-wenang yang dinilai bertentangan dengan prinsip hak asasi manusia.

Pihak gereja, advokat, dan pemerhati HAM juga menyerukan solidaritas nasional agar pemerintah pusat dan daerah segera mengambil langkah kemanusiaan yang konkret.

“Suara publik adalah benteng terakhir kemanusiaan. Diam berarti membiarkan kekerasan terus berulang,” tulis pernyataan bersama tersebut.

Peristiwa di Teluk Bintuni kembali memperlihatkan kerentanan warga sipil dalam konflik bersenjata di Tanah Papua. Pemerintah diharapkan segera meninjau ulang pendekatan keamanan dan menggantinya dengan pendekatan dialog, kemanusiaan, dan keadilan sosial untuk memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap negara. [*].

Redaksi Tomei

Recent Posts

Rakerprov I KONI Papua Tengah Resmi Ditutup, Yeki Tobai Tekankan Pentingnya Kebersamaan dan Kerja Keras Raih Prestasi

NABIRE, TOMEI.ID | Ketua Panitia Pelaksana Rapat Kerja Provinsi (Rakerprov) ke-1 KONI Papua Tengah, Yeki…

59 menit ago

TPNPB Klaim Tembak Sniper TNI di Yahukimo, Desak Penghentian Rencana Tambang

YAHUKIMO, TOMEI.ID | Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) Kodap XVI Yahukimo mengklaim bertanggung jawab…

1 jam ago

Jaga Dogiyai Tetap Kondusif Jelang Natal, Anggota DPRK Korneles Kotouki Tekankan Tanggung Jawab Kolektif Warga

DOGIYAI, TOMEI.ID | Aktivitas masyarakat di Kabupaten Dogiyai meningkat pesat menjelang perayaan Natal 2025 dengan…

2 jam ago

TPNPB Bantah Klaim Pemerintah soal Penyerahan Diri Lima Orang

NABIRE,TOMEI.ID | Manajemen Markas Pusat Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) membantah pernyataan pemerintah Indonesia…

2 jam ago

Gelar Rakerda 2025, DPD PKS Kota Jayapura Fokus Kaderisasi dan Pelayanan Ekonomi Rakyat

JAYAPURA, TOMEI.ID | Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Jayapura menggelar Rapat…

2 jam ago

Dimeriahkan Lomba Dayung dan UMKM, Kodim XVII/Cenderawasih Gelar Festival Budaya di Sentani

SENTANI, TOMEI.ID | Dalam rangka memperingati Hari Juang TNI ke-80, Komando Distrik Militer (Kodim) XVII/Cenderawasih…

3 jam ago