200 Peserta Ikuti Seminar Jaringan Doa Regional Papua Barat Daya, Kesehatan Jadi Fokus Kemitraan Lintas Lembaga

oleh -1064 Dilihat
Foto: Eskop Wisabla

SORONG, TOMEI.ID | Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua Barat Daya, melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) kembali menegaskan komitmen dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia (PK-SDM) orang asli Papua (OAP).

Sebagai bagian dari upaya tersebut, pemerintah berkolaborasi dengan Jaringan Doa Regional Papua Barat Daya menyelenggarakan Seminar Kesehatan dan Spiritual bertema “Gereja Sebagai Harmonisasi Keberagaman: Mengurai Akar Kekristenan dari Israel dan Hidup Sehat yang Berkualitas” di Rylich Hotel Panorama, Kota Sorong, Jumat (5/12/2025).

banner 728x90

baca juga: Plt Kadinkes Papua Barat Daya Buka Seminar Kristen dan Kesehatan: Dorong Edukasi Kesehatan Praktis dan Kontekstual

Kegiatan ini menghadirkan sejumlah narasumber terkemuka. Ibu Monique Rijkers, Ketua Nirbala Hadassah of Indonesia, memaparkan materi “Mengurai Akar Kekristenan dan Mengapa Israel Sebagai Bangsa Pilihan Allah: Antara Fakta dan Sejarah”. dr. Felix Duwit, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Sorong, membahas “Menata 1.000 Hari Pertama Kehidupan Menuju Generasi Emas 2045”, pola hidup sehat, serta tingginya angka kematian di Papua Barat Daya.

dr. Jan Pieter Kambu, Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana, menguraikan peran gereja dan adat dalam edukasi kesehatan masyarakat serta proses reproduksi manusia di provinsi ini.

Sekitar 200 peserta hadir, terdiri atas tokoh gereja, tokoh perempuan, tokoh masyarakat, mahasiswa, pemuda, serta OAP dari berbagai daerah di Papua Barat Daya. Seminar menyoroti kondisi kesehatan masyarakat, khususnya OAP. Data terkini menunjukkan prevalensi HIV-AIDS di Papua mencapai 2,3–2,4%, jauh di atas rata-rata nasional 0,4%, dengan kasus kumulatif 22.868 hingga Mei 2025.

Angka kematian ibu juga tinggi, yakni 565 per 100.000 kelahiran hidup di Papua dan 343 di Papua Barat, dibandingkan rata-rata nasional 189. Angka kematian bayi di bawah satu tahun di Papua 38,17 per 1.000 kelahiran hidup, dengan 69% kematian bayi terjadi pada periode neonatal, terutama akibat BBLR dan asfiksia.

Dalam sambutannya, dr. Felix Duwit menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor. “Situasi kesehatan OAP sangat memprihatinkan. Sinergi antara pemerintah, gereja, dan organisasi profesi seperti IDI menjadi kunci menghadapi tantangan ini,” ujarnya.

Felix menambahkan, layanan kesehatan harus menjangkau seluruh lapisan masyarakat, mulai dari kampung, distrik, hingga kota, dengan pendekatan proaktif, termasuk door-to-door, serta memastikan rujukan ke rumah sakit pusat dapat diakses secara memadai.

dr. Felix juga menegaskan intervensi sejak 1.000 hari pertama kehidupan sebagai fondasi pembangunan sumber daya manusia generasi emas 2045.

“Intervensi sejak kehamilan hingga usia dua tahun sangat krusial, mencakup pemberian ASI, makanan pendamping, stimulasi otak anak, hingga pendidikan awal,” ujarnya.

Selain itu, strategi penanganan penyakit infeksi seperti tuberkulosis dan HIV-AIDS, serta edukasi kesehatan reproduksi sejak usia dini, menjadi fokus penting untuk mencegah penularan HIV dan kehamilan remaja.

Di tempat kegiatan, Peserta seminar, Obet Haris, asal Biak dan mahasiswa Sekolah Alkitab Sorong, menyampaikan apresiasi atas kegiatan ini.

“Seminar ini membuka pemahaman tentang karya Tuhan dan pentingnya kesehatan. Materi membuat saya lebih memahami rahasia firman Tuhan dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari,” katanya.

dr. Felix Duwit menekankan bahwa seminar ini tidak hanya menjadi kegiatan seremonial, tetapi diharapkan menghasilkan rekomendasi konkret serta evaluasi berkala untuk memastikan peningkatan kualitas kesehatan masyarakat OAP. [*].

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.