NABIRE, TOMEI.ID | Dalam suasana yang sarat makna dan diwarnai semangat persatuan adat, Kepala Suku Besar Wilayah Meepago Provinsi Papua Tengah, Melkias Keiya, S.H., memimpin prosesi pelantikan dan pengukuhan delapan Kepala Suku dari berbagai kabupaten/kota di wilayah adat Meepago.
Kegiatan bersejarah ini dilaksanakan pada Rabu kemarin, 22 Oktober 2025, di Aula Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Nabire, dan dihadiri oleh berbagai unsur pimpinan adat, tokoh masyarakat, serta perwakilan pemerintah daerah.
Dalam deklarasi komitmen bersama, para Kepala Suku yang dikukuhkan menegaskan tekad untuk menjaga nilai-nilai luhur adat, memperkuat solidaritas masyarakat adat, serta mendukung program pembangunan pemerintah yang berpihak pada kesejahteraan rakyat di kampung-kampung.
“Kami bertekad memperkuat peran adat sebagai mitra pemerintah, menjaga stabilitas keamanan, dan mengawal program pembangunan agar benar-benar menyentuh masyarakat di akar rumput,” ujar Melkias Keiya dalam sambutannya.
Ia menegaskan bahwa keberadaan lembaga adat Meepago akan menjadi mitra konstruktif pemerintah, bukan penghalang program pembangunan. Melkias juga menekankan pentingnya sinergi antarlembaga adat demi menjaga persatuan dan harmoni di Tanah Papua Tengah.
“Saya mendukung penuh program Pemerintah Provinsi Papua Tengah dan siap mewujudkan kebijakan yang berpihak pada rakyat dan masyarakat adat,” tegasnya.
Pelantikan tersebut juga menegaskan legalitas Lembaga Perkumpulan Wilayah Meepago yang telah disahkan melalui SK Kemenkumham dan Akta Notaris Nomor 13 Tanggal 13 November 2023, dengan kantor pusat di Jalan Merdeka No. 67, Nabire.
Adapun delapan Kepala Suku yang dikukuhkan masing-masing mewakili wilayah adat di Provinsi Papua Tengah, yakni Fabianus Tebai dari Kabupaten Nabire, Geradus Waine dari Kabupaten Dogiyai, Pelipus Pekei dari Kabupaten Deiyai, Semy Kayame dari Kabupaten Paniai, Musa Kobogau dari Kabupaten Intan Jaya, Yan Tinal dari Kabupaten Mimika, Dedi Murib dari Kabupaten Puncak Jaya, dan Telinus Telenggen dari Kabupaten Puncak.
Delapan tokoh adat ini akan menjadi ujung tombak dalam memperkuat struktur kepemimpinan adat Meepago serta menjembatani hubungan kerja sama antara masyarakat adat dan pemerintah di wilayah masing-masing.
Selain itu, turut hadir perwakilan dari tiga wilayah adat besar yang hidup berdampingan di Papua Tengah, yaitu Saireri, Domberai, dan Lapago, sebagai bentuk dukungan atas pengukuhan kepemimpinan adat Meepago.
Melkias Keiya menegaskan bahwa pelantikan ini bukan sekadar seremoni, melainkan wujud tanggung jawab adat untuk menjaga keharmonisan antar suku serta memperkuat kerja sama dengan pemerintah dalam membangun Papua Tengah yang aman, damai, dan sejahtera.
“Kita bersatu bukan untuk saling menguasai, tetapi untuk saling melindungi. Meepago adalah rumah besar bagi semua anak adat di Tanah Papua Tengah,” ujarnya menutup acara.
Pelantikan ini menandai babak baru bagi masyarakat adat Meepago dalam memperkuat struktur sosial dan budaya yang berakar pada nilai-nilai kearifan lokal. Melalui kepemimpinan adat yang solid dan sinergi bersama pemerintah, diharapkan Papua Tengah mampu tumbuh sebagai wilayah yang harmonis, berdaya, dan berkeadilan sosial.
Momentum ini juga menjadi simbol kebangkitan peran adat dalam menjaga persatuan, memperkuat identitas, serta mengawal arah pembangunan yang berpihak pada masyarakat di tanah leluhur Meepago. [*].