Dihadang Polisi, KNPB dan SOMAP Tetap Gelar Mimbar Bebas Suarakan Pelanggaran HAM di Papua

oleh -1143 Dilihat
ksi dalam rangka memperingati Hari Hak Asasi Manusia (HAM) Sedunia ini mendapat pengawalan ketat dan penghadangan dari aparat kepolisian. (Foto: Yeremias/tomei.id).

JAYAPURA, TOMEI.ID | Komite Nasional Papua Barat (KNPB) dan Solidaritas Mahasiswa Papua (SOMAP) menggelar aksi mimbar bebas di sejumlah titik di Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura pada Rabu (10/12/2025).

Aksi dalam rangka memperingati Hari Hak Asasi Manusia (HAM) Sedunia ini mendapat pengawalan ketat dan penghadangan dari aparat kepolisian.

banner 728x90

Aksi yang dimulai sejak pagi berlangsung di Tugu Pendidikan Lingkaran Abepura, Terminal Expo Waena, Perumnas 3 Waena, Kota Jayapura, dan Sentani, Kabupaten Jayapura. LBH Papua turut mendampingi jalannya kegiatan massa.

Di Lingkaran Abepura, koordinator aksi Arius Siep berupaya bernegosiasi dengan pihak kepolisian agar massa diizinkan bergerak menuju Kantor DPR Papua. Namun, permintaan tersebut ditolak oleh polisi dengan alasan menjaga keamanan dan ketertiban umum.

“Setiap orang berhak menyampaikan pendapat di muka umum. Kami ingin membawa aspirasi rakyat ke DPR. Kami minta polisi memberi ruang,” kata Arius saat bernegosiasi.

Akibat penolakan tersebut, massa hanya diperbolehkan menyampaikan orasi di tepi jalan di masing-masing titik aksi. Aparat kepolisian terlihat berjaga ketat dan menghadang setiap upaya massa untuk bergerak menuju tujuan semula.

Dalam orasinya, massa menyoroti berbagai kasus pelanggaran HAM yang dinilai terus terjadi di Papua. Mereka menyatakan bahwa “Indonesia bertanggung jawab atas pelanggaran HAM berat selama 64 tahun di Papua,” dan membacakan puisi serta pernyataan politik tentang situasi kemanusiaan.

Poster dan spanduk bernada kritik tajam terlihat di lokasi aksi, di antaranya bertuliskan: “Demokrasi adalah topeng kolonial, hukum adalah senjata kolonial, kolonial adalah koruptor. Banyak kasus HAM di atas tanah Papua.”

Seorang peserta aksi menyampaikan sentimen mendalam bahwa bulan Desember bagi banyak orang Papua bukan hanya bulan damai, tetapi juga bulan penuh duka.

“RIP hukum Indonesia. Manusia Papua bukan binatang buruan,” teriaknya melalui pengeras suara.

Hingga pukul 13.00 WIT, massa masih bertahan di lokasi masing-masing di bawah pengawalan ketat aparat, dengan rencana berkumpul kembali di Lingkaran Abepura sambil menunggu kehadiran Komnas HAM. [*].

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.