Mengakhiri Novena untuk Papua Damai: OMK Paroki Mauwa Angkat Drama “Perpustakaan Papua Berdarah”

oleh -1190 Dilihat

DOGIYAI, TOMEI.ID | Orang Muda Katolik (OMK) Paroki St. Petrus Mauwa, Dogiyai, Papua Tengah menutup rangkaian Misa Doa Sembilan Hari pada Minggu, 16 November 2025, dengan sebuah drama berjudul “Perpustakaan Papua Berdarah: Mendengar Nurani Papuani” yang menjadi simbol penutup doa bersama sekaligus panggilan moral bagi seluruh masyarakat untuk merenungkan, memulihkan, dan mewujudkan perdamaian sejati di tanah Papua.

Novena ini lahir dari seruan Uskup Keuskupan Timika, Mgr. Bernardus Bofitwos Baru, OSA, melalui surat tertanggal 27 Oktober 2025. Uskup mengajak umat mendoakan semua pihak, pemerintah, TPNPB, TNI-Polri, dan masyarakat Papua, agar membuka hati dan memilih jalur dialog.

banner 728x90

Menindaklanjuti seruan tersebut, Pastor Paroki, Dewan Pastoral, dan umat Paroki St. Petrus Mauwa menyelenggarakan Misa Doa Sembilan Hari mulai 6–15 November 2025 setiap pukul 15.00 WP. Paroki Mauwa tercatat sebagai paroki pertama di Dekenat Kamuu–Mapia–Piyaye (KAMAPI) yang merespons seruan Uskup secara konkret. Doa ini ditujukan khusus untuk para aktor, pelaku, dan korban konflik Papua, dengan harapan kekerasan dihentikan dan diganti dialog bermartabat menuju Papua Tanah Damai.

Drama yang ditampilkan OMK setelah Misa Penutupan digelar sebagai semi-teater sederhana namun sarat makna. Perpustakaan Papua digambarkan sebagai perpustakaan hidup berisi “bacaan” tentang realitas berdarah di tanah Papua.

Drama menampilkan sembilan perspektif: pengusaha, penguasa, militer, TPNPB, mahasiswa/aktivis, masyarakat adat, mama-mama Papua, dan tokoh agama. Setiap tokoh menyuarakan kisahnya secara puitis dan naratif, diiringi musik instrumental yang menambah nuansa haru. Perpustakaan ini hidup melalui para pemeran yang menggambarkan penderitaan dan perjuangan masyarakat Papua dari masa ke masa.

Drama menelusuri sejarah konflik Papua, mulai aneksasi 1961 hingga PEPERA 1969 yang kontroversial. Kisahnya menyoroti: pengusaha mengeksploitasi sumber daya, penguasa dan militer mengamankan kepentingan modal besar, masyarakat adat menjadi korban pengungsian dan kekerasan, mahasiswa dan aktivis bersuara untuk keadilan, mama-mama Papua meratap di tenda pengungsian, sementara gereja berdiri bersama korban.

Drama tidak menuduh pihak tertentu, tetapi mengajak penonton memahami kenyataan yang sering tersembunyi: Papua sedang terluka.

Dalam hal ini, Frater Siorus Degei menjelaskan bahwa Novena dan drama ini hadir untuk membuka kesadaran, menumbuhkan empati, dan mendorong refleksi mendalam bagi seluruh masyarakat agar memahami realitas konflik Papua serta ikut berperan dalam membangun perdamaian yang nyata dan berkelanjutan

“Papua sudah dari dulu hingga sekarang tidak sedang baik-baik saja. Konflik melibatkan banyak pihak. Oleh karena itu, kita diajak berdoa supaya hati semua pihak terbuka,” ujarnya.

Sementara di tempat yang sama, Pastor Benny Magay menambahkan bahwa konflik Papua tidak hanya soal ideologi, tetapi juga terkait ekonomi, keamanan, dan budaya, serta melibatkan berbagai kepentingan yang saling bertaut, sehingga menuntut kesadaran, doa, dan aksi nyata dari seluruh pihak untuk mewujudkan perdamaian dan keadilan bagi masyarakat Papua.

“Banyak kepentingan saling bertaut di tanah ini, oleh karena itu jangan berhenti mendoakan Papua dan jangan berhenti mengambil langkah nyata untuk mewujudkan perdamaian yang adil dan berkelanjutan,” pesannya.

Acara ditutup dengan salam hormat dari para pemain drama kepada penonton, foto bersama, dan musik saksofon Kenny G “You Raise Me Up” mengiringi para pemain kembali ke belakang panggung.

Drama ini menjadi seruan moral bahwa Papua membutuhkan doa, refleksi, dan aksi nyata, sekaligus panggilan bagi semua pihak untuk membuka hati, merenungkan luka, dan berperan mewujudkan perdamaian, sementara OMK Mauwa memberi ruang untuk mendengar nurani Papua yang selama ini terabaikan. [*].

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.