Berita

Peletakan Batu Pertama Asrama Swadaya Simapitowa: Kebangkitan yang Tertunda 18 Tahun

JAYAPURA, TOMEI.ID | Setelah tertunda selama 18 tahun, pembangunan Asrama Swadaya Rumpun Pelajar dan Mahasiswa asal Siriwo, Mapia, Piyaiye, Topo, dan Wanggar (RPM-Simapitowa) di Kota Studi Jayapura kini kembali dilanjutkan.

Peletakan batu pertama pada Sabtu (25/10/2025), bukan hanya tindakan fisik, melainkan ekspresi sosial dari kesadaran kolektif masyarakat Simapitowa akan pentingnya pendidikan sebagai fondasi perubahan sosial dan penguatan identitas kultural di tengah modernitas.

Kepala Suku Besar Wilayah Simapitowa, Fabianus Tebai, menegaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar seremoni, melainkan langkah nyata menuju masa depan pendidikan anak-anak Simapitowa di tanah perantauan.

“Kalau sudah ada peletakan seperti begini, berarti ini awal hari untuk kita mulai pembangunan. Saya mau semua masyarakat dan intelektual asal Simapitowa ikut terlibat dan mendukung sampai asrama ini benar-benar selesai,” ujar Fabianus.

Untuk memastikan proses pembangunan berjalan lancar, pihaknya telah membentuk sejumlah koordinator wilayah (korwil). Korwil Jayapura dipercayakan kepada Apedius I. Mote, Korwil Nabire kepada Petrus Degei, dan Korwil Dogiyai kepada Abner Semu, sementara wilayah Timika, Kaimana, dan Wamena akan segera ditentukan.

Fabianus berharap pembangunan asrama dapat rampung dalam waktu satu tahun.

“Semua pihak harus kerja, kerja, dan kerja. Kalau bisa, tahun depan di bulan yang sama kita sudah resmikan,” katanya penuh optimisme.

Lebih dari sekadar pembangunan fisik, Fabianus menegaskan bahwa asrama ini merupakan simbol kebersamaan, kesadaran kolektif, dan tanggung jawab sosial masyarakat Simapitowa di berbagai daerah.

“Untuk membangun asrama ini, kita butuh kerja sama semua pihak, mulai dari mencari dana, menggalang dukungan, sampai melibatkan perwakilan masyarakat di Jayapura, Nabire, Dogiyai, Mimika, dan Kaimana,” jelasnya.

Ia juga menekankan pentingnya koordinasi lintas wilayah agar pembangunan berjalan efektif dan transparan.

“Yang di Jayapura kumpulkan teman-teman dan kepala keluarga, di Nabire diwakili oleh Kepala Suku Petrus Degei, dan di Dogiyai dimonitor langsung oleh Abner Semu,” tambahnya.

Fabianus menuturkan, pembangunan asrama ini bukan hanya soal tempat tinggal, tetapi juga membangun karakter dan memperkuat iman generasi muda.

“Asrama ini akan menjadi rumah untuk mendidik, menampung, dan menguatkan anak-anak kita agar siap menghadapi masa depan,” ujarnya kepada.

Menurutnya, sekitar 37 persen pelajar asal Simapitowa kini menempuh pendidikan di Jayapura akibat keterbatasan fasilitas di kampung halaman. Karena itu, pembangunan asrama menjadi kebutuhan mendesak.

“Banyak anak-anak kita sekolah di Jayapura, tapi belum punya tempat tinggal tetap. Kabupaten lain sudah punya asrama, sementara kita masih berpencar. Ini soal masa depan SDM orang Tota Mapiha yang unggul dan berkarakter,” tegasnya.

Dalam kesempatan itu, Fabianus juga mengingatkan pentingnya nilai spiritual sebagai dasar perjuangan.

“Hidup harus tetap di bawah kepemimpinan Tuhan dan karakter orang Simapitowa. Kalau keluar dari itu, maka yang tersisa hanya dosa atau mati,” katanya yang disambut tepuk tangan hadirin.

Sementara itu, Paskalis Dogomo, selaku tim penggerak pembangunan, menyampaikan bahwa ide ini telah diimpikan sejak tahun 2007, namun baru kini benar-benar terwujud berkat semangat gotong royong dan komitmen bersama.

“Selama hampir dua dekade, rencana ini terus diperjuangkan. Hari ini menjadi awal kebangkitan itu. Kami mohon dukungan semua pihak, baik masyarakat maupun pemerintah, agar pembangunan ini selesai dan menjadi bangunan permanen,” ungkapnya.

Paskalis menambahkan, pembangunan ini bukan semata urusan infrastruktur, melainkan juga investasi sosial dan pendidikan bagi generasi mendatang.

“Kami harap pemerintah dan para tokoh Simapitowa memberi perhatian serius. Ini bukan sekadar tempat tinggal yang kami perjuangkan, tapi masa depan pendidikan anak-anak wilayah Simapitowa,” pungkasnya. [*].

Redaksi Tomei

Recent Posts

Protes di Depan Gereja Berujung Penahanan Aktivis, Ruang Demokrasi Papua Selatan Kian Tertekan

MERAUKE, TOMEI.ID | Penanganan aparat terhadap aksi protes damai kembali menimbulkan sorotan di Papua Selatan.…

14 jam ago

Mahasiswa Paniai di Jayapura Kecewa, Pemkab Dinilai Gagal Salurkan Dana TA dan Pemandokan 2025

JAYAPURA, TOMEI.ID | Polemik penyaluran dana tugas akhir (TA) dan dana pemandokan bagi mahasiswa asal…

14 jam ago

Persipuncak Resmi Terima Piala Bergilir Gubernur Cup I, Kadispora Papua Tengah Sampaikan Apresiasi

NABIRE, TOMEI.ID | Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Provinsi Papua Tengah secara resmi menyerahkan Piala…

14 jam ago

IPPMA Jayapura Rayakan Natal 2025 dengan Dekorasi Simbolik Papua, Serukan Spiritualitas dan Identitas Generasi Muda

JAYAPURA, TOMEI.ID | Ikatan Pemuda Pelajar Mahasiswa/i Apogo (IPPMA) se-Jayapura menggelar Perayaan Natal 2025 di…

15 jam ago

KNPB Sentani: Pembebasan Enam Anggota Harus Jadi Momentum Evaluasi Kinerja Aparat

JAYAPURA, TOMEI.ID | Komite Nasional Papua Barat (KNPB) Wilayah Sentani menilai pembebasan enam anggotanya pada…

15 jam ago

JPAJ Desak Pemerintah Terbitkan Perda Perlindungan Busana Adat Hubula

WAMENA, TOMEI.ID | Jaringan Perempuan Adat Jayawijaya (JPAJ) yang terdiri dari empat organisasi, Humi Inane,…

2 hari ago