NABIRE, TOMEI.ID | Tanah Papua kembali berduka dengan dua peristiwa tragis yang terjadi secara bersamaan. Pembakaran Mahkota Burung Cenderawasih, simbol kehormatan dan identitas masyarakat Papua, memicu kemarahan dan kepedihan mendalam. Di sisi lain, penembakan yang merenggut nyawa 15 warga sipil di Intan Jaya menambah luka yang belum terobati.
Sejumlah pihak meyakini bahwa kedua peristiwa ini saling terkait. Pembakaran simbol adat yang sakral tersebut diduga kuat sebagai upaya sistematis untuk mengalihkan perhatian publik dari tragedi kemanusiaan yang terjadi di Intan Jaya.
“Pembakaran mahkota ini bukan sekadar tindakan vandalisme terhadap simbol budaya Papua, tetapi juga taktik pengalihan isu yang sangat disayangkan dari tragedi berdarah di Intan Jaya,” tegas Apiner Semu, seorang tokoh pemuda Papua Tengah dalam keterangannya kepada tomei.id, Jumat (24/10/2025).
Apiner menambahkan bahwa pola pengalihan isu semacam ini bukanlah hal baru di Papua. Setiap kali terjadi dugaan pelanggaran HAM atau insiden kekerasan, selalu muncul peristiwa baru yang bertujuan untuk memecah fokus dan solidaritas masyarakat.
“Rakyat Papua tidak membutuhkan sandiwara politik yang hanya menambah luka. Kami menuntut kebenaran dan keadilan bagi para korban, serta pengungkapan dalang di balik semua ini,” ujarnya dengan nada geram.
Mahkota Burung Cenderawasih memiliki makna yang jauh lebih dalam daripada sekadar hiasan kepala. Ia adalah representasi dari kebangsawanan, identitas budaya, dan keberanian para leluhur Papua. Pembakaran mahkota ini dianggap sebagai penghinaan terhadap jati diri dan kedaulatan budaya Papua, sehingga memicu kecaman luas dari berbagai elemen masyarakat, termasuk tokoh adat, tokoh agama, dan aktivis HAM nasional.
Sementara itu, kasus penembakan 15 warga sipil di Intan Jaya masih belum menemukan titik terang. Informasi di lapangan menyebutkan bahwa sebagian besar korban adalah warga sipil yang sedang beraktivitas di sekitar kampung mereka. Namun, aparat keamanan belum memberikan keterangan resmi mengenai motif dan pelaku penembakan tersebut.
Keluarga korban menuntut pertanggungjawaban penuh dari pemerintah dan mendesak pembentukan tim investigasi independen yang kredibel dan transparan. Mereka berharap tim ini dapat mengungkap fakta sebenarnya dan membawa pelaku ke pengadilan.
“Jangan terus menutupi penderitaan rakyat dengan permainan isu yang murahan. Papua sudah terlalu lama menjadi korban kekerasan dan kebohongan,” imbuh Apiner dengan nada penuh harap.
Situasi di Intan Jaya saat ini masih sangat tegang. Aktivitas warga dibatasi, dan banyak keluarga yang memilih untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman. Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari pemerintah pusat mengenai perkembangan penyelidikan kasus penembakan tersebut.
Bagi masyarakat Papua, Mahkota Burung Cenderawasih adalah simbol kehidupan, kehormatan, dan eksistensi mereka sebagai bangsa yang berdaulat. Pembakarannya bukan hanya melukai simbol adat, tetapi juga menggoreskan luka batin yang mendalam di tengah duka yang belum sembuh akibat penembakan di Intan Jaya.
“Kami menuntut agar tragedi ini tidak menjadi sandiwara politik, melainkan menjadi momentum pengungkapan kebenaran dan penegakan keadilan bagi seluruh korban,” ujarnya. [*].











