Berita

Tragedi Soanggama: 12 Warga Sipil Tewas, Ratusan Warga Mengungsi

INTAN JAYA, TOMEI.ID | Suasana mencekam meliputi Distrik Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah, setelah operasi militer yang dilancarkan Satgas Rajawali II TNI di Kampung Soanggama pada Rabu (15/10/2025) berujung pada tewasnya belasan orang dan eksodus besar-besaran warga sipil.

Sedikitnya ratusan penduduk dari tiga kampung Soanggama, Janambani, dan Kulapa dilaporkan mengungsi ke ibu kota distrik untuk mencari perlindungan. Hingga Jumat (17/10/2025), mereka masih bertahan di lokasi penampungan darurat dengan kondisi serba terbatas.

“Warga kekurangan makanan, air bersih, dan pelayanan kesehatan. Anak-anak mulai jatuh sakit,” ujar salah satu sumber lapangan kepada tomei.id, Jumat (17/10/2025).

Berdasarkan laporan awal yang diterima tomei.id, sedikitnya 15 orang tewas dalam operasi tersebut, terdiri atas 12 warga sipil, tiga anggota Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), serta seorang ibu rumah tangga yang hanyut di Kali Hiabu saat mencoba melarikan diri.

Sumber lapangan menyebut tembakan dilepaskan secara membabi buta ke arah perkampungan. “Aparat menembak tanpa pandang bulu. Banyak warga sipil jadi korban, termasuk perempuan dan anak-anak,” katanya.

Investigasi independen dikabarkan sulit dilakukan karena akses menuju lokasi dijaga ketat oleh aparat bersenjata. Jenazah para korban juga telah dimakamkan oleh pihak militer sebelum dilakukan proses identifikasi resmi, menimbulkan dugaan upaya mengaburkan fakta dan menghambat verifikasi korban.

Sepuluh korban warga sipil yang telah teridentifikasi antara lain:

  1. Agopa Bega
  2. Januari Murib
  3. Ipe Kogoya
  4. Sepi Lawiya
  5. Poli Kogoya
  6. Agus Kogoya
  7. Umpinus Tabuni
  8. Roni Lawiya
  9. Kaus Lawiya
  10. Pisen Kogoya

Empat korban lain masih belum teridentifikasi hingga berita ini diturunkan.

Menurut sumber lapangan, delapan korban ditemukan di Honai Ndugupa, sementara dua lainnya ditemukan di Honai Dugubugate, Kampung Soanggama.

Berbagai kalangan, mulai dari tokoh gereja, pegiat HAM, hingga kelompok masyarakat sipil, mendesak pemerintah membuka akses bagi lembaga independen untuk menyelidiki peristiwa tersebut.

“Kekerasan terhadap warga sipil tidak boleh lagi ditutupi. Negara harus bertanggung jawab dan membuka ruang penyelidikan transparan,” tegas seorang tokoh gereja di Hitadipa.

Kabupaten Intan Jaya selama beberapa tahun terakhir menjadi episentrum konflik bersenjata di Papua Tengah, dengan benturan berulang antara aparat keamanan Indonesia dan kelompok bersenjata TPNPB. Tragedi Soanggama menambah daftar panjang kasus kekerasan terhadap warga sipil yang belum pernah terselesaikan secara hukum maupun politik. [*].

Redaksi Tomei

Recent Posts

Rakerprov I KONI Papua Tengah Resmi Ditutup, Yeki Tobai Tekankan Pentingnya Kebersamaan dan Kerja Keras Raih Prestasi

NABIRE, TOMEI.ID | Ketua Panitia Pelaksana Rapat Kerja Provinsi (Rakerprov) ke-1 KONI Papua Tengah, Yeki…

8 menit ago

TPNPB Klaim Tembak Sniper TNI di Yahukimo, Desak Penghentian Rencana Tambang

YAHUKIMO, TOMEI.ID | Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) Kodap XVI Yahukimo mengklaim bertanggung jawab…

27 menit ago

Jaga Dogiyai Tetap Kondusif Jelang Natal, Anggota DPRK Korneles Kotouki Tekankan Tanggung Jawab Kolektif Warga

DOGIYAI, TOMEI.ID | Aktivitas masyarakat di Kabupaten Dogiyai meningkat pesat menjelang perayaan Natal 2025 dengan…

49 menit ago

TPNPB Bantah Klaim Pemerintah soal Penyerahan Diri Lima Orang

NABIRE,TOMEI.ID | Manajemen Markas Pusat Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) membantah pernyataan pemerintah Indonesia…

1 jam ago

Rakerda 2025 PKS Kota Jayapura Tetapkan Fokus Pelayanan Publik dan Ekonomi Kerakyatan untuk 2026

JAYAPURA, TOMEI.ID | Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Jayapura menggelar Rapat…

2 jam ago

Dimeriahkan Lomba Dayung dan UMKM, Kodim XVII/Cenderawasih Gelar Festival Budaya di Sentani

SENTANI, TOMEI.ID | Dalam rangka memperingati Hari Juang TNI ke-80, Komando Distrik Militer (Kodim) XVII/Cenderawasih…

2 jam ago