NABIRE, TOMEI.ID | Divisi Kepemudaan YAPKEMA Papua kembali menggelar Program Pelatihan Pemuda Ke-2, yang kali ini menyasar komunitas dan kelompok mahasiswa Papua di Kabupaten Nabire.
Kegiatan berlangsung di Asrama Puncak, Jalan Jakarta, pada Sabtu (26/4/2025), dengan mengusung dua isu penting: pencegahan penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta literasi media sosial di kalangan muda.
Pelatihan ini digelar sebagai respons terhadap tingginya angka penularan HIV/AIDS di Kabupaten Nabire, yang menurut data terakhir mencapai 10.352 kasus, dengan mayoritas penderitanya berada di rentang usia muda. Situasi ini memunculkan pertanyaan krusial: Bagaimana mencegah penularan? Apa saja perilaku berisiko yang harus dihindari? Bagaimana jika seseorang sudah tertular, dan seperti apa respons ideal masyarakat terhadap ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS)?
Selain itu, pelatihan juga menyoroti pengaruh media sosial terhadap kehidupan generasi muda Papua, khususnya di wilayah perkotaan. Peserta diajak mengevaluasi penggunaan platform digital: dari tujuan awal kehadirannya hingga dampak positif dan negatif yang telah dirasakan dalam kehidupan pribadi dan sosial mereka. Literasi digital yang rendah dituding sebagai salah satu penyebab lahirnya “wabah” baru di era teknologi ini informasi palsu, perundungan daring, hingga kecanduan digital.
Kegiatan ini menghadirkan tenaga medis profesional dan para pemerhati sosial sebagai narasumber, yang akan menjawab berbagai pertanyaan kritis dari peserta. Hadir pula Kaka Jose, seorang konten kreator muda Papua yang aktif menggunakan media sosial untuk menyuarakan perubahan pola pikir dan perilaku di kalangan anak muda asli Papua.
“Forum ini bukan hanya tempat belajar, tapi juga ruang diskusi yang membebaskan. Kita ingin anak muda Papua mampu berpikir kritis, reflektif, dan sehat baik secara fisik maupun digital,” ujar panitia pelaksana.
YAPKEMA Papua membuka kesempatan bagi seluruh pemuda yang belum memiliki pengetahuan dasar mengenai penyakit menular seksual, HIV/AIDS, dan literasi digital untuk ikut serta dalam pelatihan ini.
Selain pengetahuan, peserta juga disuguhi kopi tubruk Dogiyai, makanan sehat lokal, dan tentunya suasana diskusi yang hangat dan terbuka semuanya disediakan secara gratis.[*].