JAYAPURA, TOMEI.ID : Tak pernah disangka sebelumnya, di kawasan terpencil minim akses di Lembah Oksibil akan berdiri sebuah perguruan tinggi yang mampu mendatangkan mahasiswa dari luar negeri. Perguruan tinggi itu bernama Universitas Okmin Papua (UOP). Bak dongeng, bagaimana karya dan kisah sejarah ini tercipta?
Ide brilian membangun Universitas Okmin Papua lahir datang dari sosok visioner, Bupati Pegunungan Bintang, Spei Yan Bidana, ST,M.Si. Sebagai sosok yang memiliki segudang gagasan untuk membangun negerinya, Spei membuat lompatan sejarah untuk keluar dari kungkungan isolasi geografis negerinya dengan magnet baru yang memancing pertumbuhan ekonomi dan mencetak Sumber Daya Manusia (SDM).
Tanggal 3 Maret 2025, Spei Bidana dilantik menjadi Bupati Pegunungan Bintang. Sebagai putra asli Okmekmin, ia menyadari keterbatasan akses pendidikan bagi masyarakatnya. Bersama dua saudaranya sebagai sesama pendiri, yakni Geraldus Bidana dan Stanis Kasipdana, mereka mendirikan Yayasan Pendidikan Okmin Papua (YAPEDIOPA) pada 16 April 2021.
BACA JUGA : Spei Yan Bidana: Sosok di Balik Wacana Provinsi Papua Timur Lewat Pemekaran Pegubin
Melalui YAPEDIODA, Spei mengajukan permohonan pendirian UOP ke Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Setelah permohonan tersebut disetujui, pada Mei-Juli 2021 mereka membentuk tim pendirian yang melibatkan beberapa pakar pendidikan dari Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) termasuk Prof. Ir. Yohanes Sardjono, APU untuk menyiapkan semua persyaratan pendirian. Tepat pada 9 Juli 2021, semua berkas dikirim dan selanjutnya diverifikasi secara virtual pada 3 Agustus 2021.
Berkat kerja keras dan dukungan dari berbagai pihak, tepat pada hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia ke-76 pada 17 Agustus 2021, UOP secara resmi mendapatkan izin operasional melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 344/E/O/2021 tentang Izin Pendirian Universitas Okmin Papua di Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinisi Papua, yang Diselenggarakan oleh Yayasan Pendidikan Okmin Papua.
Kehadiran Universitas Okmin Papua juga didukung penuh oleh pemerintah pusat. Pada acara peresmian pada 17 Agustus 2021, Plt. Dirjen Dikti, Prof. Nizam, M.Sc., DIC., Ph.D. mengapresiasi inisiatif Pak Spei selaku Kepala Daerah yang berjuang membangun pendidikan di Indonesia.
Selain itu, Sekretaris Dirjen Ristek Dikti memberikan bantuan berupa tablet Edu Dikti yang berisi 300 modul kepada mahasiswa, dilengkapi dengan mobil VSAT untuk mempermudah proses perkuliahan di UOP. Harapannya, UOP menjadi sumber mata air pembangunan di wilayah Papua, tempat mata hari terbit menyinari nusantara.
Menurut Bupati Spei Bidana, seharusnya sentra pengembangan pendidikan di Papua sudah dibangun dari dulu di berbagai daerah di Papua secara adil dan merata, termasuk di wilayah pedalaman dan perbatasan seperti Pegunungan Bintang. Kkesenjangan ini sangat terasa ketika orang dari wilayah Pegunungan Papua harus mencari fasilitas pendidikan ke Jayapura atau luar Papua.
Secara ekonomi, Spei menilai Papua selalu dirugikan. Sebab selama 20 tahun berjalannya Otonomi Khusus, kebijakan pendidikan dilakukan dengan mengirim anak-anak Papua untuk studi atau kuliah di luar Papua. Baik itu kota studi Jakarta, Bandung, Semarang, Salatiga, Surabaya, Malang, Makassar, Manado, Denpasar maupun di luar negeri. Semua uang akan lari ke sana.
“Mengapa kami dirikan universitas, karena tujuan kami adalah mengubah paradigma pembangunan pendidikan di Papua. Dulu kita cari pendidikan di Kota Jayapura, di luar Papua dan luar negeri. Saatnya kita ubah, kita siapkan mahasiswa kuliah di kampung kita sendiri. Semua output dari SMA dan SMA di Pegunungan Bintang dan kabupaten sekitarnya kita arahkan dan kuliahkan di situ supaya ekonomi kita pun bertumbuh,” kata Bupati Spei.
UOP Adalah Mata Air Perubahan
Pemberian nama Universitas Okmin Papua (UOP) terinspirasi dari tiga suku besar yang ada di wilayah Pegunungan Bintang, yaitu Suku Ok, Mek, dan Min. Menurut penuturan sejarah, ketiga suku besar tersebut sebenarnya memiliki corak tersendiri dalam hal budaya dan adat istiadat, sehingga tidak bisa disatukan ke dalam wilayah adat La Pago. Masyarakat setempat biasanya mengenal wilayah adatnya dengan nama Okmekmin.
Atas dasar inilah kampus diberi nama Okmin. Ok berarti sungai atau air, dan Min berarti pemilik. Secara harfiah, Okmin dapat diartikan sebagai sumber kehidupan yang dimiliki oleh seluruh suku bangsa yang mendiami wilayah Pegunungan Bintang maupun Papua-Melanesia secara luas. Hal ini terbukti dari adanya sungai-sungai besar di Papua maupun Papua New Guinea bersumber dari wilayah Pegunungan Bintang.
Dengan mengusung visi “Menjadi Lembaga Pendidikan Tinggi yang Unggul dan Berdaya Saing Internasional Berbasis Potensi dan Kearifan Lokal Papua dan Melanesia pada Tahun 2048”, Bupati Spei Bidana bersama badan pendiri berkomitmen untuk menjadikan Universitas Okmin Papua (UOP) sebagai laboratorium kebudayaan, inovasi dan pusat penelitian yang mendunia.
Ada tiga hal menarik yang menjadi fokus pengembangan UOP, yakni penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan Tinggi (Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat); menjaring kerjasama dengan berbagai lembaga dan organisasi di level lokal, nasional maupun internasional; serta mengembangkan institusi dan tata kelola organisasi yang baik untuk mewujudkan Good University Governance. Sejauh ini, ketiga hal tersebut berjalan efektif dan membawa dampak yang signifikan.
Faktanya, menjelang ulang tahun keempat, UOP telah berhasil menyelenggarakan Tri Dharma Perguruan Tinggi selama empat semester sambil menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga pendidikan berskala internasional di dalam maupun luar negeri, seperti Universitas Kristen Satya Wacana, Universitas Diponegoro, Universitas Gadjah Mada, Universitas Sanata Dharma, Institut Pertanian Bogor, Institut Teknologi Bandung, Asia International University, Institute Technology Teheran, Queensland University, dan International Centre for English Excellence.
Selain itu, UOP juga menjalin kerjasama dengan beberapa lembaga pemerintahan maupun swasta, seperti Badan Riset dan Inovasi Nasional, Kementerian PUPR, serta Mining Industry Indonesia.
Profil UOP dan Keunggulan
Menurut Rektor Universitas Okmin Papua (UOP) Pastor Dr. Yohanes Kore, S.Ag,MA, OFM, saat ini, UOP baru memiliki dua fakultas dan lima program studi S1. Pertama, Fakultas Antropologi dan Sosial Sains yang meliputi Program Studi Antopologi dan Pendidikan Bahasa Inggris. Kedua, Fakultas Sains, Matematika dan Agroteknologi yang mencakup Program Studi Biologi, Pendidikan Matematika, dan Agroteknologi.
“Saat ini, UOP memiliki 895 mahasiswa yang tersebar di dua fakultas yaitu Fakultas Antropologi dan Sosial Sains yang meliputi Program Studi S1 Antropologi (348 orang) dan S1 Pendidikan Bahasa Inggris (92 orang). Kemudian Fakultas Sains, Matematika dan Agroteknologi meliputi Prodi S1 Biologi (177 orang), S1 Matematika (61 orang), dan S1 Agroteknologi (217 orang). Sedangkan jumlah dosen sebanyak 33 orang yang tersebar di dua fakultas dan lima program studi,” kata Pastor Yohanes.
Sebagai salah satu ikon pembangunan di Kabupaten Pegunungan Bintang, UOP sudah mampu menunjukkan prestasi gemilang di tengah berbagai kritik dan pesimis yang datang dari banyak pihak. Pada 10 Agustus 2023, lima program studi milik UOP mendapatkan status akreditasi “Baik” dari Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Tinggi (BAN-PT).
Selanjutnya, pada 3 Oktober 2024, UOP juga berhasil meraih akreditasi Baik dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Hal itu tertuang dalam Surat Keputusan Direktur Dewan Eksekutif BAN-PT Nomor 1826/SK/BAN-PT/Ak/PT/X/2024.
Kendati universitas ini berstatus swasta, namun berkat perjuangan lobi Bupati Spei Bidana, Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pekerjaaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) khususnya Direktorat Jenderal (Ditjen) Cipta Karya sejak 2024 membangun 9 gedung kampus Universitas Okmin Papua (UOP) Kampung Esipding, Distrik Seramnbakon dengan anggaran mencapai Rp 60-an miliar.
“Progres pembangunan sudah tahap finishing, sudah 80 persen. Saya berharap di Hari Ulang Tahun Pendidikan Nasional 2 Mei 2025 ini, Menteri Ristek Dikti dan Menteri PUPR bisa meresmikan Kampus Universitas Okmin Papua ini,” kata Bupati Spei Bidana, Sabtu, 15 Maret 2025 lalu.
Selain itu, dalam rencana ke depan akan dibuka juga cabang kampus di beberapa wilayah di luar Pegunungan Bintang agar dapat dijangkau oleh kalangan masyarakat tertentu yang masih mengalami kesulitan untuk mengenyam pendidikan tinggi yang pro terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kelestarian sumber daya alam di seluruh Tanah Papua.
Menariknya, di tahun 2024 UOP telah menerima 36 mahasiswa dari Papua New Guinea (PNG) dan pada semester baru tahun akademin 2025/2026 ini, pemerintah dari negeri tetangga itu sudah menyatakan akan mengirim 72 mahasiswa baru untuk siap studi di universitas kebanggan masyarakat Pegunungan Bintang itu.
“Sebenarnya dari PNG masih ingin lebih banyak lagi kuotanya, namun kita keterbatasan dengan ruangan kuliah. Saat ini kami ingin lobi untuk pembangunan beberapa gedung tambahan,” tutur Spei.
Manfaat Besar UOP
Universitas adalah mesin penggerak perubahan. Sekurang-kurangnya, ada dua (2) manfaat besar lahirnya Universitas Okmin Papua sejalan dengan visi Bupati Spei Bidan yakni Menuju Sehat, Cerdas, dan Mandiri Ekonomi Berbasis Budaya dan Tata Ruang.
Pertama, UOP sebagai penggerak ekonomi. Bagi Spei, salah satu aspek yang sangat nyata dapat terlihat dan dapat diukur dari kehadiran UOP adalah finansial atau ekonomi. Kehadiran UOP di Pegunungan Bintang merupakan langkah strategis untuk memotong mata rantai panjang aliran dana pendidikan di Tanah Papua yang selama puluhan tahun mengalir ke luar daerah, terutama ke berbagai perguruan tinggi di luar Papua, bahkan luar negeri.
“Saat ini jumlah mahasiswa S1 dari Pegunungan Bintang yang sedang studi di luar Oksibil berjumlah sekitar tiga ribu lebih dengan beban biaya yang harus ditanggung kurang lebih Rp 35 miliar setiap tahun, dan uang itu dibawa keluar Oksibil. Dulu kita cari pendidikan di Kota Jayapura, di luar Papua dan luar negeri. Saatnya kita ubah. Kita siapkan mahasiswa kuliah di kampung kita sendiri,” kata Spei Bidana.
Jika dilihat secara cerdas dan bijak, dana yang amat besar itu tidak banyak memberi keuntungan ekonomis bagi kehidupan orang Papua. Karena itu, Spei Bidana melakukan gebrakan dengan mengubah alur aliran dana pendidikan dengan memberikan beasiswa pendidikan bagi mahasiswa yang kuliah di UOP.
Dalam pandangan Spei, kalau ke depan anak-anak kita kuliah di kampung kita sendiri, uang akan berputar di masyarakat, dan ekonomi kita tumbuh. Dengan demikian, keuangan tidak lagi mengalir ke luar daerah, tetapi dikelolah dan diperuntukkan bagi kesejahteraan ekonomi masyarakat di aras lokal.
Kedua, UOP akan menjadi motor penggerak lahirnya SDM Pegunungan Bintang yang mumpuni. Untuk membangun dasar yang kokoh, Bupati Spei Bidana bersama koleganya terus berupaya menjalin kemitraan dengan berbagai lembaga dan organisasi agar dapat menghadirkan para profesor dan praktisi pendidikan untuk mendidik generasi penerus Pegunungan Bintang.
Selain itu, semua mahasiswa dari wilayah Pegunungan Bintang juga dipersiapkan untuk mengikuti program studi lanjut di jenjang S2 dan S3 agar nantinya dapat kembali dan mengabdikan dirinya untuk kemajuan UOP. Saat ini Pemda Pegunungan Bintang sedang mempersiapkan 36 calon Magister dan 7 kandidat Doktor untuk memperkuat tenaga dosen UOP.
Ketiga, UOP sebagai pusat peradaban Melanesia Papua. Dengan hadirnya UOP, para generasi muda bisa belajar dan berakar dalam peradaban Melanesia. Secara finansial, mahasiswa yang memilih kuliah di UOP merasa diuntungkan karena dapat mengakses pendidikan tinggi dengan harga yang mudah dijangkau.
Sejak awal, Spei Bidana terus berupaya untuk mendorong UOP menjadi Pusat Peradaban Melanesia Papua lewat Program Studi Antropologi dan riset-riset maupun kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) berskala kecil di beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD) maupun kampung-kampung di sekitaran Kota Oksibil.
Ia hanya ingin agar ada perubahan pola pendidikan dari konvensional menuju modern dan maju dengan memperbanyak kegiatan perkuliahan yang berbasis riset dan pengabdian kepada masyarakat, yang merupakan marwah Tri Dharma di setiap perguruan tinggi.
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan Kabupaten Pegunungan Bintang yang terletak di wilayah perbatasan dan karakteristik dataran tinggi memiliki keunikan tersendiri untuk sosial dan budayanya. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi BRIN dalam mendorong kegiatan riset dan inovasi di Kabupaten Pegunungan Bintang.
“Kami siap memberikan dukungan, khususnya dalam bentuk fasilitasi pengembangan pengetahuan SDM, dan pelaksanaan sebagian aktivitas riset yang dikerjasamakan dengan Universitas Okmin Papua,” kata Handoko.
Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Hukum Provinsi Papua, Anthonius Mathius Ayorbaba, SH,M.Si yakin kehadiran Universitas Okmin Papua ini akan mendorong pengembangan dan kemajuan di bidang pendidikan dan ekonomi. Ia menyebutkan, ada potensi sumber daya alam hayati dan potensi kekayaan intelektual di Kabupaten Pegunungan Bintang ini sangat banyak yang memberi dampak positif bagi kemajuan masyarakat.
“Kita berharap akan muncul peneliti-peneliti yang di tahap awal, yang tentu butuh sinergi dengan universitas lain, karena Universitas Okmin Papua ini akan menjadi agen of change dari generasi muda,” tegas Ayorbaba, 12 April 2025.
Pengakuan yang sama disampaikan Atase Pertahanan PNG Untuk Indonesia (PNG Defence Attache To Indonesia) Kolonel Dominic Bulungol. Menurutnya, Universitas Okmin Papua yang berada di perbatasan RI-PNG sangat strategis dan akan berkembang pesat ke depan sebagai salah satu kampus berkualitas di Asia Pasific. Apalagi, biaya kuliah per semester di kampus ini sangat murah yang bakal menarik calon mahasiswa berdatangan untuk kuliah di sini.
“Ada sesuatu yang lebih penting dari politik yang dibicarakan hari ini adalah kerjasama pendidikan. Kami mengirim 31 mahasiswa ke Pegubin Indonesia untuk ikut kuliah di Universitas Okmin Papua,” kata Kolonel Dominic Jumat, 11 April 2025. (*).