JAYAPURA, TOMEI.ID | Sebuah infografik yang beredar luas di media sosial mengungkapkan daftar 10 wilayah yang digadang-gadang akan menjadi negara baru dalam waktu dekat.
Daftar ini, yang disebut sebagai “10 New Countries That Will Soon Be Established”, memicu diskusi hangat di kalangan aktivis, akademisi, dan pemerhati geopolitik.
Infografik tersebut memuat nama wilayah, bendera, dan peta geografis dari sepuluh entitas yang selama ini memiliki sejarah panjang perjuangan kemerdekaan atau tuntutan otonomi penuh dari negara induknya.
Berikut adalah Sepuluh wilayah tersebut adalah: 1. Bougainville (Papua Nugini); 2. New Caledonia (Perancis); 3. Catalan/Catalonia (Spanyol); 4. West Papua (Indonesia); 5. Tibet (Tiongkok); 6. Palestina (Israel/Palestina); 7. Scotland (Britania Raya); 8. Kurdistan (wilayah Kurdi: Irak, Suriah, Turki, Iran); 9. East Turkestan (Xinjiang/Tiongkok); dan 10. South Maluku (Indonesia).
Daftar tersebut disusun oleh akun bernama Endeaw Jr., dan memuat simbol-simbol perjuangan dari masing-masing wilayah, mulai dari bendera nasionalis hingga peta lokasi geografis.
Masuknya West Papua dan South Maluku (Republik Maluku Selatan) dalam daftar ini menyorotkan kembali isu-isu sensitif di Indonesia terkait aspirasi kemerdekaan sebagian masyarakat Papua dan Maluku. Kedua wilayah ini memiliki sejarah panjang resistensi terhadap pemerintah pusat dan pernah mendeklarasikan kemerdekaan, meski tidak diakui secara internasional.
Aktivis mahasiswa dan kelompok pro-demokrasi menilai bahwa penyebaran infografik ini menunjukkan bahwa isu penentuan nasib sendiri (self-determination) masih hidup dan berkembang, terutama di tengah ketegangan antara aparat negara dan gerakan sipil.
Secara global, daftar ini juga mencerminkan keragaman latar belakang perjuangan dari konflik agama dan identitas (Palestina, Tibet, East Turkestan), perlawanan kolonial (Bougainville, New Caledonia), hingga konflik etnis dan politik modern (Kurdistan, Catalonia, Scotland).
Meskipun peluang kemerdekaan masing-masing wilayah berbeda, daftar ini menjadi simbol penting bagi perjuangan rakyat lokal dan tekanan terhadap negara-negara induk agar membuka ruang dialog, demokratisasi, dan penghormatan hak asasi manusia.
Infografik ini bukan sekadar prediksi spekulatif, melainkan refleksi dari realitas dunia yang terus berubah. Seiring meningkatnya kesadaran politik dan teknologi informasi, suara-suara yang dulu dianggap pinggiran kini mendapatkan panggung global.
Meski belum semua wilayah dalam daftar tersebut mendapatkan pengakuan internasional, penyebaran daftar ini menjadi pengingat bahwa peta dunia adalah dokumen politik yang selalu dapat berubah, tergantung pada perjuangan rakyat dan sikap komunitas global terhadap hak untuk menentukan nasib sendiri. [*]